Konsep, Prinsip dan Tujuan PHT

Konsep, Prinsip dan Tujuan PHT

Gambar : Penerapan Pestisida Tampa Konsep PHT pada Budidaya Tanaman Tomat
         Pada masa masa permulaan program intensifikasi untuk meningkatkan produksi pangan , masalah hama yang makin meningkat diusahakan ditanggulangi hanya dengan pestisida . Namun pengalaman menunjukkan bahwa selalu menggantungkan kepada pestisida saja  tidak cukup masalah hama tidak dapat diatasi malah makin menjadi jadi sebab hama berkembang menjadi tahan terhadap pestisida malah ada kesan hama makin banyak untuk beberapa kasus. Disamping itu penggunaan pestisida menimbulkan berbagai dampak yang merugikan lingkungan. Berbagai species yang bukan hama musnah akibat pestisida ,air tanah dan udara ikut tercemar. Residu pestisida mengakibatkan kesehatan yang mengkonsumsinya menjadi terancam.

          Disamping itu secara ekonomi penggunaan pestisida yang tak bijaksana malah merupakan pemborosan biaya usahatani. Untuk mengurangi dampak negatif penggunan pestisida yaitu dengan konsep pengendalian hama terpadu . Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menitik beratkan pada terpeliharanya ekosistem produksi pertanian tetap dapat dipertahakan dan kesehatan yang mengkonsumsinya aman dari  pestisida . Demikian pula penerapan PHT pada tanaman cabe menitik beratkan kepada penggunaan pestisida yang seminimal mngkin . Pada penerapannya diawali dengan pengamatan yang seksama sehingga dalam pengambilan keputusan pengendalian diambil teknik atau taktik pengandalian yang tepat tanpa harus mengganggu musuh alami yang ada dipertanaman cabei tersebut


KONSEP PENGENDALIAN HAMA TERPADU


         Saat ini dikenal dua istilah Bahasa Inggris yang sering digunakan secara bergantian untuk pengendalian hama terpadu yaitu Integrated  Pest Control  (IPC) yang kita terjemahkan sebagai Pengendalian Hama Terpadu (PHT)  dan Integrated Pest  Management (IPM) yang  kita  terjemahkan sebagai pengendalian Hama Terpadu dengan singkatan yang sama PHT. Sebetul nya kedua istilah itu dapat kita gunakan untuk menjelaskan hal yang sama. Kalau dilihat dari sejarah perkembangan konsepsi pengendalian hama terpadu maka IPM merupakan perkembangan yang lebih lanjut dari konsepsi IPC.  Saat ini dipergaulan ilmiah international istilah IPC sudah ditingalkan dan yang digunakan adalah istilah IPM . Oleh karena itu untuk selanjutnya kita akan gunakan PHT sebagai sebagai singkatan dari Pengelolaan hama terpadu meskipun tidak ada salahnya apabila yang sedang kita populerkan  sekarang PHT sebagai singkatan dari Pengendalian Hama Terpadu.

           Seperti yang telah diuraikan didepan sebetulnya konsep PHT bukan sesuatu yang baru karena jauh sebelumnya praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan dasar pertimbangan ekologi dan ekonomi . Konsep PHT muncul akibat kesadaran manusia akan bahaya pestisida sebagai bahan yang beracun bagi kelangsungan hidup ekosistem dan  kehidupan manusia secara global, sedang kenyataan yang terjadi bahwa penggunaan pestisida oleh petani dari tahun ketahun terus meningkat.  Diperlukan adanya cara pendekatan pengendalian hama yang baru yang dapat menekan penggunaan pestisida.Semula yang menjadi perhatian para ahli adalah bagaimana agar dalam usaha mengendalikan hama oleh para petani tidak hanya menggunakan cara pengendalian dengan kimia  tetapi juga menggunakan hayati.
          Konsep PHT yang semula hanya mengikut sertakan dua metode atau teknik pengendalian kemudian dikembangkan dengan memadukan semua metode pengendalian hama yang dikenal  ,termasuk didalamnya pengendalian secara fisik ,pengendalian mekanik, pengendalian secara bercocoktanam, pengendalian hayati ,pengendalian kimiawi dan pengendalian hama lainnya.  Dengan cara ini ketergantungan  petani terhadap pestisida yang biasa cara mengendalikan hama utama dapat dikurangi.  Dilihat dari operasional pengendalian hama dengan PHT dapat kita artikan sebagai pengendalian hama yang memadukan semua taktik atau metode pengendalian hama sedemikian rupa sehingga populasi hama dapat tetap berada dibawah ambang ekonomi . Dengan keadaan populasi hama yang rendah usaha budidaya tanaman lain untuk meningkatkan produktivitas tanaman tidak akan terhambat oleh gangguan hama tanaman.
           Bila kita sekarang kembali pada definisi PHT sebetulnya kita akan jumpai banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli . namun secara prinsip dari sekian banyak definisi PHT tidak banyak perbedaannya hanya masing masing ahli memberikan penekanan pada aspek tertentu dari PHT. Sebagai contoh PHT adalah pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin  untuk mengelola popullasi hama dengan memanfaatkan beraneka ragam taktik pengendalaian secara kompatibel dalam satu kesatuan koordinasi pengelolaan.  Pendapat lain mengatakan bahwa PHT adalah pemilihan perpaduan dan penerapan pengendalian hama  yang didasarkan pada perhitungan dan penaksiran konsekwensi  konsekwensi ekologi, ekonomi, dan sosiologi.  Sedangkan yang lain memberikan definisi singkat  yaitu sebagai perpaduan yang terbaik. Yang dimaksud dengan perpaduan terbaik disini adalah perpaduan penggunaan berbagai metode pengendalian hama yang dapat memperoleh hasil yang terbaik yaitu stabilitas produksi pertanian, kerugian seminimal mungkin bagi manusia dan lingkungan., serta petani memperoleh penghasilan yang maksimal dari usahataninya.
        Dari definisi definisi tersebut dapat diketahui  bahwa PHT tidak hanya mencakup pengertian tentang perpaduan beberapa teknik pengendalian hama.  Tetapi dalam penerapannya PHT harus memperhitungkan dampaknya baaik yang bersifat ekologis , ekonomis dan sosiologis sehingga secara keseluruhan kita memperoleh hasil yang terbaik.Oleh karena itu PHT dalam perencanaan, penerapan, dan evaluasinya harus mengikuti suatu sistem pengelolaan yang terkoordinasi dengan baik

MANGAPA HARUS PHT

Gambar : Pemantauan OPT di Lahan Padi Sawah


       Ada banyak faktor yang mendorong kita untuk  menerapkan PHT secara nasional terutama dalam rangka program pembangunan nasional berkelanjutan dan berwawasan lingkungan . Berikut ini disampaikan beberapa faktor yang mengharuskan kita untuk menerapkan PHT dinegara kita untuk semua jenis komoditas pertanian

1)    Kegagalan Pemberantasan Hama Konvesional


             Sampai saat ini masih banyak petani dan masyarakat pada umumnya yang mengartikan pengendalian hama sama dengan penggunaan pestisida . Apaila diketahui bahwa tanaman yang diusahakan rusak karena terserang hama maka petani akan langsung mencari pestisida untuk disemprotkan pada tanamannya. Demikian juga yang mereka lakukan apabila diketahui bahwa pada tanamannya terdapat kerumunan serangga tanpa memperhitungkan apakah serangga tersebut serangga yang merugikan atau atau serangga yang bermanfaat. Kehawatiran petani terhadap akan datangnya serangan hama menyebabkan mereka melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan penyemprotan pestsida pada pertanamannya secara berjadwal artinya pada watu tertentu atau pada tingkatan tumbuh tanaman tertentu.
          Metode pengbendalian semacam ini masih banyak direkomendasikan oleh para ahli dan oleh para petugas yang belum menyadari dan mengerti tentang PHT. Cara penggunaan pestisida semacam ini yang disebut cara pemberantasan hama yang konvensional. Perlu diperhatikan bahwa istilah yang digunakan adalah pemberantasan hama dan bukan istilah pengendalian atau pengelolaan hama. Istilah pemberantasan atau pembasmian hama yang kalu dalam bahasa sehari hari umum yang kita gunakan jelas mengandung arti keiinginan kita untuk memusnahkan seluruh individu hama sangat berbeda artinya dengan pengertian pengendalian hama. Pendekatan pemeberantasan hama konvensional dimasukan sebagai paket teknologi yang harus digunakan oleh petani peserta program intensifikasi pertanian. Kita ketahui bahwa areal sawah intensifikasi penyemprotan sangat intensif dalam rangka menjaga tanaman. Akhirnya peningkatan pestisida oleh petani meningkat sangat tajam

2)    Munculnya Ketahanan Hama Terhadap Insektisida


        Karena hama terus menerus mendapat tekanan dari pestisida maka melalui proses seleksi alami species hama mampu membentuk strain  yang lebih tahan terhadap pestisida tertentu yang sering digunakan oleh para petani.  Tempo dulu kita pernah mendengan tentang DDT dengan terus menerus digunakan terdapat strain hama yang yang resisten terhadap DDT Selama ini telah diketahui lebih dari 500 species serangga terutama serangga hama yang telah resisten terhadap berbagai jenis atau kelompok insektisida.

3)    Timbulnya Resurgensi Hama


        Dampak insektisida yang dirasakan oleh petani adalah timbulnya resurgensi hama atau peristiwa meningkatnya populasi hama setelah hama tersebut memperoleh perlakuan insektisida  tertentu. Apab ila pada peristiwa resisistensi hama menjadi lebih tahan terhadap pestisida sehingga sulit untuk dimusnahkan tetapi pada peristiwa resurgensi justru populasi hama tersebut semakin meningkat setelah memperoleh penyemprotan pestisida Ternyata banyak kelompok serangga seperti kutu tanaman dan wereng seperti wereng batang padi wereng coklat yang cepat menunjukkan reaksi resurgensi tersebut. Dengan adanya sifat resurgensi penggunaan pestisida tidak hanya sia sia tetapi malahan sangat membahayakan.

4)    Letusan Hama Kedua


           Dampak insektisida yang ketiga adalah timbulnya letusan hama kedua. Setelah perlakuan  insektisida tertentu secara intensif ternyata hama sasaran utama memang dapat terkendali, tetapi kemudian yang muncvul dan berperan menjadi hama utama adalah jenis hama lain yang sebelumnya masih dianggap tidak membahayakan . Dari pemngalaman petani maujpun data statistik pertanian dirasakan setelah penggunaan pestisida secara intensif ternyata semakin banyak munculnya hama hama baru seperti hama wereng coklat,kutu kebul pada kedele, dan hama aphis pada kedele dan kacang kacangan.Misalnya hama wereng coklat sebelum tahun 50 an tidak pernah dikenal sebagai hama tetapi pada tahun 70an ternyata hama in i menjadi hama utama pada tanaman padi di negara kita. Sehubungan dengan beberapa dampak negatif tersebut semakin dirasakan bahwa penggunaaan pestisida secara tidak bijaksana dan berlebihan tidak efektif dan efisien dalam mengendalikan hama dan menyelamatkan produksi pertanian. Oleh karena itu apabila kita ingin memanfaatkan pestisida secara optimal tidak ada jalan lain kecuali kalau kita menggunakannya secara bijaksana menurut prinsip PHT

5)    Kesadaran akan kwalitas lingkungan Hidup

         Meskipun program pembangunan telah menunjukkan hasilnya dalam meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan masyarakat ,namun karena keterbatasan daya dukung lingkungan maka kegiatan berbagai program pembangunan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan hidup . Salah satu dampak negatif yang berbahaya adalah tersebarnya banyak jenis bahan pencemar dilingkungan hidup kita baik didalam tanah, air,udara dan dimana saja sehingga kualitas lingkungan kita semakin menurun.
        Apabila kegiatan pembangunan semacam ini dibiarkan tidak terkendali maka akan merugikan generasi mendatang karena akan terjadi penurunan daya dukung lingkungan sehingga tidak akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau bahkan menjadi sebaliknya yaitu mendatangkan kemiskinan dan kesengsaraan. Oleh karena itu setiap program pembangunan harus selalu berwawasan lingkungan yang berarti bahwa dalam kita membangun kita harus membatasi sekecil mungkin dampak negatif terhadap lingkungan hidup
        Pestisida sebagai bahan beracun termasuk bahan pencemaran yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat . Oleh karena itu sifatnya yang beracun serta relatif persisten dilingkungan maka residu yang ditinggalkan dilingkungan yang menjadi masalah. Dari banyak hasil monitoring residu yang dilaksanakan oleh labolatorium atau lembaga penelitian ditrunjuukkan bahwa saat ini residu pestisida hampir ditemukan disetiap tempat dilingkungan sekitar  kita. Residu pestisida telah ada didalam tanah, diair minum, sungai, air sumur, udara dan yang berbahaya adalah di dalam makanan yang sehari hari kita konsumsi seperti sayuran dan buah buahan. Meskipun kadar residu pestisida yang ditemukan masih belum membahayakan bagi kesehatan menurut ukuran baku WHO namun temuan temuan tersebut merupakan indikasi bahwa penggunaan pestisida bagaimanapun perlu dikendalikan.  Apabila tidak dikendalikan semakin lama akan terjadi akumulasi kandungan pestisida dilingkungan yang dapat mencapai kadar yang membahayakan
      Kesadaran akan perlunya kwalitas lingkungan hidup yang tinggi dari masyarakat ,pemerintah dan masyarakat dunia ini yang mendorong dan mengharuskan kita untuk segera menerapkan PHT karena dengan PHT penggunaan pestisida dapat ditekan sekecil kecilnya. Oleh karena itu kebijakan pemerintah untuk menerapkan secara utuh harus dilakukan

TUJUAN PHT

Pertumbhan Padi Optimal

           PHT berdasarkan falsafah alam, yang mengandung arti bahwa semua mahluk hidup termasuk yang disebut hama tanaman, adalah memang bagian dari alam. Ia sangat berkepentingan harus makan dan memerlukan suatu tempat dalam ekosistem untuk kelangsungan hidupnya. Manusia pun merupakan bagian dari alam itu dan juga sangat berkepentingan untuk melangsungkan hidupnya di bumi ini. Sejauh kepentingan manusia tidak terganggu oleh mahluk mahluk tersebut tidak ada masalah, Namun kenyataannya tidaklah selalu demikian . manusia sering sekali merasa kepentinagnnya diganggu oleh mahluk mahluk itu. Misalnya ikut memakan sebagian besar  atau semua tanaman yang diusahakan manusia baik yang masih ada dipertanaman, maupun yang sudah dipanen. Juga bila manusia merasa terganggu dengan keberadaan beberapa jenis mahluk, misalnya lalat, kecoa, nyamuk yang mungkin  dapat mendatangkan penyakit. Jadi istilah hama adalah sujectif dilihat dari kepentingan manusia itu sendiri. Pertentangan kepentingan ini merupakan tantangan bagi PHT , Sebab manusia cenderung untuk menghabiskan saja mahluk mahluk yang dirasakannya sangat merugikan kepentingannya itu dengan racun racun yang membahayakan semua kehidupan
         Pada masa masa permulaan program intensifikasi untuk meningkatkan produksi pangan , masalah hama yang makin meningkat diusahakan ditanggulangi hanya dengan pestisida . Namun pengalaman menunjukkan bahwa selalu menggantungkan kepada pestisida saja  tidak cukup masalah hama tidak dapat diatasi malah makin menjadi jadi sebab hama berkembang menjadi tahan terhadap pestisida malah ada kesan hama makin banyak untuk beberapa kasus. Disamping itu penggunaan pestisida menimbulkan berbagai dampak yang merugikan lingkungan. Berbagai species yang bukan hama musnah akibat pestisida ,air tanah dan udara ikut tercemar. Residu pestisida mengakibatkan kesehatan yang mengkonsumsinya menjadi terancam.Disamping itu secara ekonomi penggunaan pestisida yang tak bijaksana malah merupakan pemborosan biaya usahatani. Bertitik tolak dari pengalaman masa lalu tersebut maka dalam mengelola tanaman  khususnya pengelolaan organisme penganggu tanaman (OPT) harus mengacu kepada Pengendalian hama terpadu. Demikain juga untuk mengurangi dampak negatif penggunan pestisida yaitu dengan konsep pengendalian hama terpadu . Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menitik beratkan pada terpeliharanya ekosistem produksi pertanian tetap dapat dipertahakan dan kesehatan yang mengkonsumsinya aman dari  pestisida . Dengan penerapan PHT lingkungan atau ekosistem akan tetap terpelihara , masing masing subsistem dalam ekosistem masing masing berfungsi sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh . Tanaman akan tetap tumbuh baik memberikan kemakmuran kepada masyarakat, hama tetap berada dalam kondisi yang tak membahayakan , demikian peran musuh alami akan tetap menjalankan fungsinya dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan PHT istilah munculnya ketahanan hama  terhadap insektisida, resurgensi hama, letusan hama kedua   tidak akan terjadi. Demikian lingkungan tanah, air ,udara dan hasil pertanian kita dalam kondisi yang sehat tanpa pencemaran residu pestisida.


SISTEM PEMANTAUAN EKOSISTEM DAN TEKNIK PENGAMATAN

         Hubungan antara ambang kendali dan pemantauan atau pengamatan lapangan sangat erat , karena nilai ambang kendali yang sudah ditetapkan tidak akan ada gunanya apabila tidak diikuti dengan kegiatan pemantauan atau pengamatan yang teratur dan datanya tepat . Sebaliknya program pemantauan atau pengamatan untuk kepentingan pengendalian tidak akan dirasakan manfaatnya apabila tidak dikaitkan dengan aras penentuan keputusan pengendalian seperti ambang kendali. Hubungan antara pemantauan atau pengamatan ,pengambilan keputusan dan tindakan dalam sistem pelaksanaan PHT
         Agroekosistem merupakan sistem yang kita kelola dengan tujuan agar sasaran produktivitas tercapai, populasi hama dan kerusakan tanaman yang diakibatkannya tetap pada posisi yang tidak merugikan , dan pencemaran oleh pestisida dapat ditekan seminimal mungkin. Mengingat sifat agroekosistem yang dinamis dan sangat peka akan adanya perubahan , dan agar sasaran PHT dapat tercapai kita harus memiliki informasi tentang keadaan agroeksistem melalui kegiatan pengamatan agroekosistem.
          Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengikuti perkembangban keadaan agroekosistem  yang meliputi perkembangan komponen ekosistem yang terdiri dari komponen biotik seperti keadaan tanaman , populasi hama dan penyakit, populasi musuh alami , dan komponen abiotik seperti suhu, curah hujan, kelembaban , kecepatan angin dan unsur lainnya.
          Hasil pengamatan  yang berupa data dan informasi lapangan merupakan masukan bagi pengambil keputusan yang akan menggunakan data tersebut untuk mengambil keputusan tentang tindakan pengelolaan yang perlu dilaksanakan terhadap aghroekosistem atau ekosistem. Pengambil keputusan merupakan lembaga atau yang menetapkan keputusan dan rekomendasi yang perlu dilakukan dan diterapkan pada ekosistem. Rekomendasi di tetapkan dengan mempelajari dan menganalis data hasil pengamatan dan menggabungkan dengan model pengelolaan hama yang telah tersedia . Model keputusan PHT dapat merupakan model keputusan yang sangat sederhana seperti ambang ekonomi dan dapat berupa model yang lebih komprehensip yang sudah memperhitungkan komponen komponen ekosistem lainnya seperti varietas tanaman populasi musuh alami dan komponen lainnya.
         Program nasional PHT melatih petani untuk menjadi pengamat dan sekaligus sebagai pengambil keputusan. Petani dilatih untuk melakukan pengamatan ekosistem atau agroekosistem dan menganalisis data hasil pengamatan . Model pengambilan keputusan yang dilatihkan merupakan model komprehensif tetapi masih kualitatif. Berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman dan kepekaan perasaan petani diharapkan dapat mengambil keputusan yang paling baik bagi dirinya.
        Seperti  lembaga pengambil keputusan menetapkan rekomendasi pengelolaan ekosistem yang perlu dilakukan, maka pelaksanaan rekomendasi tersebut dilakukan oleh lembaga atau individu petani. Apabila ambang kendali digunakan sebagai pengambilan keputusan rekomendasi dapat berupa pengendalian kimiawi  jika data populasi hama melebihi ambang kendali. Rekomendasi pengelolaan dapat berupa teknik pengendalian hama lainnya.
       Kegiatan tindakan aksi termasuk juga tindakan penyuluhan dan pengorganisasian petani dan kelompok tani untuk menerapkan secara bersama dan serentak pelaksanaan rekomendasi.
         Salah satu model pengambilan keputusan yang sederhana adalah Ambang Kendali  dalam bentuk populasi hama atau intensitas kerusakan tanaman. Apabila data populasi hama hasil pemantauan menunjukkan telah sama atau melampaui ambang kendali maka keputusan segera diadakan pengendalian kimiawi  untuk mengendalikan populasi hama ke arah keseimbangan umumnya . Sebaliknya apabila populasi hama masih berada dibawah ambang kendali tidak perlu dilakukukan pengendalian secara kimiawi.
          Tentunya  model ambang kendali dapat dikembangkan lagi lebih lanjut dengan juga mempertimbangkan populasi musuh alami, keadaan pertanamandan juga keaadaan lingkungan. Model model pengambilan keputusan dalam PHT yang lebih komplek saat ini masih belum tersedia, karena untuk itu diperlukan kegiatan penelitian yangkhusus dan lebih konprehensif.
         Dengan demikian sistem organisasi PHT seperti bagan diatas dapat menjamin kontinuitas, efesiensi dan efektifitas pen gendalian sesuai dengan prinsip prinsip PHT. Yang perlu diperhatikan bahwa aliran informasi dari ekosistem kemudian kembali ke ekosistem dalam bentuk tindakan pengendalian harus berjalan secara tepat dan cepat sehingga pengedalikan yang dilakukan tidak akan terlambat.
        Dari bagan diaatas juga kita dapat mengerti peranan mutlak program pengamatan bagi operasionalisasi PHT.

PRINSIP  (PHT)

       Pengendalian Hama Terpadu memadukan berbagai metode pengelolaan agroekosistem dalam perpaduan yang paling efektif dalam mencapai stabilitas produksi yang tinggi, peningkatan penghasilan petani, mempertahankan populasi hama dalam keadaan yang tidah merugikan serta mengurangi kerugian seminimal mungkin bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup
Untuk menyederhanakan beberapa prinsip PHT yang diuraikan diatas agar mudah dipahami oleh semua m program PHT mengankat 4 prinsip yaitu :

1.    Budidaya Tanaman Sehat


         Dengan tanaman sehat, kuat dan produkstif tanaman akan menghasilkan dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi sehingga diperoleh harga yang baik dan produksi tinggi.Nilai tanaman yang tinggi akan mendatangkan keuntungan usahatani yang tinggi. Kecuali itu tanaman sehat dan kuat akan meningkat ketahanan terhadap serangan hama. Semua usaha budidaya tanaman yang dapat menyebabkan tanaman sehat dan produktivitas tanaman  perlu ditingkatkan mulai dari pemilihan bibit ,penentuan waktu tanam, sampe kemasa panen. Efisiensi dan efektivitas penggunaan input produksi harus ditingkatkan.

2.    Pelestarian dan Pembudidayaan Musuh Alami

      Sebagai komponen ekosistem yang sangat menentukan keseimbangan populasi hama , musuh alami perlu diberi kesempatan , peluang dan suasana untuk berperan secara maksimal. PHT menekankan pada proses bekerjanya musuh alami yang secara alami organisme tersebut mampu menekan populasi hama dalam aras keseimbangan populasi yang aman bagi kita. Berbagai upaya untuk lebih memfungsikan musuh alami harus dilakukan termasuk teknik bercocoktanam dan pengendalian hayati. Tindakan tindakan yang dapat mengurangi berfungsinya peran musuh alami seperti penggunaan pestisida berspektrum lebar sedapat mungkin dihindari.

Musuh Alami Hama Tanaman Cabai

      Musuh alami tanaman cabe berupa predator (pemangsa) parasitoid dan patogen (penyebab penyakit) . Populasi musuh alami sering mengikuti kurva populasi hama , artinya apabila populasi hama meningkat populasi musuh alamipun meningkat dan sebaliknya apabila populasi hama menurun populasi musuh alami juga ikut menurun. Oleh karena musuh alami pada umunya lebih peka terhadap pestisida maka seringkali serangga tersebut terbunuh karena penggunaan pestisida
     Pelestarian musuh alami benar benar benar penting dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budidaya suatu tanaman. Melalui PHT diupayakan agar musuh alami lebih berdaya guna dalam usaha pengendalian hama .Bila musuh alami dapat bekerja efektif aflikasi pestisida akan dapat dikurangi. Pengurangan penggunaan pestisida berarti mendatangkan selain selain keuntungan ekonomi juga keuntungan ekologik karena bahaya pencemaran dan kerusakan akan berkurang

a.   Predator /pemangsa

      Hama cabei yang berupa serangga sering dimangsa oleh bermacam macam predator seperti laba laba .belalang sembah, capung, kumbang lalat dan semut. Pemangsa tersebut mematikan hama dengan cara membuat perangkap (bagi beberapa jenis laba laba) atau langsung merangkap hama kemudian memakannya atau menghisap cairan tubuhnya. Pada umumnya pemangsa bersifat folipag artinya mereka memangsa berbagai macam serangga yang terdapat dilapangan atau tidak memilih salah satu serangga saja contoh binantang pemangsa polipag adalah capung ,labalaba, semut

b.   Parasitoid

      Serangga yang hidupnya sebagai parasit pada serangga lain termasuk serangga hama. Parasit tersebut umumnya meletakan telur pada tubuh hama baik pada fae telur ,ulat atau kepompong. Larva parasitoid yang baru saja menetas segera makan jaringan tubuh hama untuk pertumbuhan dan perkembangannya sampai menjadi dewasa sehingga tubuh hama rusak dan mati.

c.    Patogen

     Patogen patogen secara alami berada dilapangan. Apabila lingkuangan fisik cocok, tersedia hama inangnya dan patogen kontak dengan hama tersebut maka akan terjadi infeksi serta hama yang terinfeksi akan mati. Patogen penyebab penyakit pada serangga hama ada yang sudah dapat diproduksi besar besaran untuk mengendalikan hama. Patogen tersebut berupa jasad renik atau mikroba. Oleh karena itu dapat membunuh hama seperti racun kimiawi, maka patogen pembunuh hama serangga sering disebut insektisida mikroba . Hasil penelitian laboratorium telah menunjukkan bahwa insektisida mikroba dapat dengan efektif mengendalikan berbagai jenis hama.Dibawah ini terdapat beberapa contoh patogen hama pada tanaman cabei

-       Jamur

Mehtarhizium dan Beauveria sp  dapat diperbanyak dilapangan. Jamur ini disebut juga jamur muskardin hijau dan untuk Beauveria sp disebut muskardin putih . Keduanya dapat dengan mudah diperbanyak pada jagung, potongan potongan rumput dalam kantong plastik atau tabung gelas. Jamur tersebut dapat diproduksi dalam bentuk tepung ,larutan dan butiran yang dicampur dengan pasir. Ulat yang terinfeksi akan menghasilkan spora spora baru yang akan menginfeksi ulat pada generasi berikutnya.

-       Bakteri

Selain jamur insektisida mikroba lainnya adalah bakteri Bacillus thuringiensis  juga dipromosikan untuk mengendalikan hama ulat. Bakteri ini disemprotkan pada tanaman  cabe, maka bakteri akan menempel pada daun tanaman dan berada pada fase tidak aktif, apabila lingkungan tidak mendukung . Ketika ulat memakan daun yang mengandung spora bakteri ,ususnya akan dihancurkan oleh bakteri tersebut sehingga ulat tersebut akan mati.

-       Virus

Virus nuclear polyhedrosis  efektif mematikan ulat grayak  setelah mengalami inkubasi selama 4 – 7 hari . larutan tersebut dengan pH netral dapat disemprotkan pada daun.


3.    Pengamatan Lahan Secara Mingguan

       Masalah hama timbul karena terjadinya perubahan pada ekosistem pertanian  (agroekosistem) yang dibawa oleh perubahan cuaca, perubahan populasi pengendali alami dan perubahan yang diakibatkan  oleh kegiatan budidayaa tanaman
       Dinamika ekosistem pada umumnya,dinamika , dinamika populasi hama dan dinamika populasi musuh alami  harus diikuti perkembangannya secara terus menerus melalui kegiatan pengamatan . Agar informasi yang terkumpul tidak terlambat bagi adanya pengambilan keputusan pengendalian maka frekwensi pengamatan ditentukan satu minggu.  Setiap minggu petani harus melakukan pengamatan dilahan usahataninya, mengadakan analisa terhadap hasil pengamatan dan mengambil keputusan tentang tindakan yang perlu dilakukan.

a.         Sampling dan Pendugaan Lahan

                 Data tanaman, populasi hama dan musuh alami, intensitas hama penyakit, cuaca, dan kesehatan tanaman, serta kondisi ekosistempadi yang lain diperoleh dari kegiatan pengamatan mingguan. Pengamatan mingguan tidak dilakukan secara sensus, tetapi dilakukan pada contoh, sehingga bersifat sebagai penduga terhadap keadaan populasi sesungguhnya.
           Sampling adalah langkah yang pertama dalam metode pengelolaan hama, sedang metode penarikan contoh tersedia cukup banyak, yang pada dasarnya digolongkan kedalam dua golongan, yaitu secara acak dan sistematis. Pemilihan metode penarikan contoh yang sesuai untuk menduga populasi hama tertentu ditentukan oleh jenis hama dan pola sebaran populasi hama tersebut. Metode penarikan contoh dikatakan baik apabila mudah dilaksanakannya, mampunyai ketelitian yang tinggi, dan biayanya murah. Dalam kegiatan ini, para peserta harus bekerja untuk dapat melakukan pendugaan yang tepat terhadap kepadatan populasi serangga hama, musuh alami, dan faktor lingkungan lainnya.
        Hasil sampling akan digabungkan dengan informasi yang lain yang didapatkan, seperti populasi musul alami, populasi tanaman yang sehat dan yang terserang hama, besarnya biaya produksi, dan cuaca untuk membuat analisa ekosistem lahan, guna menetapkan keputusan apa yang harus diambil.
      Sampling biasanya mempunyai beberapa tujuan tergantung dari kepentingan orang yang mengambil sample atau contoh. Untuk seorang peneliti biasanya harus sangat teliti, dan memerlukan banyak waktu pengamatan, serta analisis data. Bagi petani, tujuan sampling adalah untuk mengetahui keadan ekosistem. Selain itu dapat pula diketahui perbandingan populasi hama dan musuh alami yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Bagi petani untuk mengetahui keseluruhan populasi sebenarnya di lahan. Sampling biasanya dikerjakan untuk menduga kepadatan populasi  OPT , tanaman terserang hama atau penyakit dan kondisi lingkungan . Sebagai contoh hasil pengamatan dapat berupa :
-Jumlah serangga penghisap daun
-Jumlah tungau atau kutu daun pertanaman
-Jumlah ulat pengulung daun per tanaman
-Jumlah laba-laba per meter persegi
-Jumlah tunas tanaman  yang terpotong oleh ulat
-Jumlah rumpun terserang penyakit virus gramini per meter persegi
-Jumlah tanaman yang terserang virusn lain (lebih dari 50 % luas daun )   permeter persegi .
           Bagaimana keadaan matahari angin, kelembaban udara ,air . tanah dan gulma Semua kepadatan tersebut dapat konpersikan ke populasi permeter persegi atau perhektar dengan mengetahui jarak tanam dan rata rata cabang pertanaman. Kegunaan sampling selain untuk analisa ekosistem juga untuk pendugaan hasil sebagai akibat adanya populasi hama, selain itu dapat pula digunakan sebagai data pelaporan.

b.  Pelaksanaan  Pengamatan

        Ekosistem merupakan system yang terbentuk oleh interaksi dinamis antara unsure unsur biotic (organisme hidup) dan abiotik(fisik) Unsur biotic mencakup tanaman,serangga( hama musuh alami, pengurai dan lain lain) sedangkan unsur abiotik mencakup cuaca dengan unsur unsurnya yaitu  suhu, kelembaban,angin, cahaya, hujan dan tanah. Tiap tiap unsur dalam ekosistem memiliki sifat khusus dan peran yang bervariasi dan selalu berubah ubah pada setiap ruang dan waktu . Oleh karena itu, pengambilan keputusan  untuk suatu tindakan pengendalian hama penyakit senentiasa berdasarkan pada hasil pengamatan dan analisis agroekosistem
Alur pengambilan keputusan berdasarkan analisis agroekosistem sudah dikemukakan dimuka
analisis ekosistem akan dikerjakan setelah kegiatan pengamatan dilahan. Hasil pengamatan digambar dikertas Koran dan dilakukan  diskusi kelompok, analisis serta yang terakhir disajikan dalam pleno.

Tujuan

Peserta dapat mengambil keputusan rasional berdasarkan hasil analisisagroekosistem di lahan usahataninya
Peserta mengetahui dan mengerti keseimbangan dan keterkaitan antar unsur   unsur ekosistem yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
 Alat dan bahan     :
·                 Kertas Koran
·                 Spidol
·                 Lakban
·                 Balnko pengamatan
·                 Kantong platik
·                 Krayon
·                 Papan pengamatan


1)                  Langkah Kagiatan Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap tanaman atau rumpun tanaman contoh dan petak contoh per 500 M2
-       Tanaman  contoh
Tanaman contoh sebanyak 10 pohon tanaman per petak 500 M2 ditentukan secara sistematis dengan menggunakan metode penarikan contoh acak sistematis bentuk U atau diagonal
-       Petak Contoh
Petak contoh sebanyak 5 buah /500m2 ditentukan secara diagonal . Populasi tanaman per petak contoh adalah 100 tanaman
-       Pengamatan tanaman contoh diamati mulai umur 2 minggu setelah tanam dan diulang setiap minggu sekali
-       Pengamatan Hama dan musuh alami
Dihitung jumlah kutu daun dari daua daun bagian atas pertanaman contoh
Dihitung jumlah trips dari dua daun bagian atas pertanaman contoh
Dihitung jumlah ulat gra yak pertanaman contoh
Dihitung jumlah musuh alami pertanaman contoh
Dihitung tibgkat kerusakan tanaman oleh seraangan ulat grayak dan hama penghisap daun , trips, tungau. Dengan rumus seperti berikut
              ∑ (n x v)
P =     -------------  x 100 %
               N x Z    
Keterangan
P = adalah tingkat kerusakan tanaman (%)
N = adalah jumlah  tanaman yang memiliki kategori kerusakan (skoring ) yang sama
V = Nilai skoring berdasarkan luas seluruh daun tanaman yang terserang yaitu :
0.            = tanaman tidak terserang (sehat)
1.            = luas kerusakan daun tanaman 0 - <20 %
3              = luas kerusakan daun tanaman >20 - <40 %
5              = luas kerusakan daun tanaman  >40 - <60 %
7              = luas kerusakan daun tanaman> 60 - <80 %
9              = luas kerusakan daun tanaman >80 - <100 %
Z = adalah nilai kategori serangan tertinggi (V = 9)
N = Jumlah rumpun yang diamati
Dihitung jumlah musuh alami yang teramamti misalnya semut, laba-laba, kumbang kubah dan lain lain

-       Pengamatan Penyakit

·                     Penyakit bercak Daun  Cercospora
     Dihitung tingkat kerusakan tanaman  karena serangan  
     penyakit ini dengan rumus
             ∑ (n x v)
P =     -------------  x 100 %
              N x Z    
Keterangan
P = adalah tingkat kerusakan tanaman (%)
N = adalah jumlah  tanaman yang memiliki kategori kerusakan (skoring ) yang sama
V = Nilai skoring berdasarkan luas seluruh daun tanaman yang terserang yaitu :
0     = tanaman tidak terserang (sehat)
1       = luas kerusakan daun/ tanaman >0 - <10 %
2     = luas kerusakan daun/ tanaman >10  - <20 %
2       = luas kerusakan daun tanaman >40 - <60 %
4     = luas kerusakan daun tanaman  >40 - <60 %
5     = luas kerusakan daun tanaman> 60 - <80 %
Z = adalah nilai kategori serangan tertinggi (V = 9)
N = Jumlah rumpun yang diamati


2)     Analisis Agroekosistem

-       Setelah selesai pengamatan metiap kelompok melakukan                              penggambaran  dan analisis    agroekosistem .
-       Menggambar agroekosistem sebagai berikut :
Gambar agroekosistem yang menyajikan gambaran keadaan pertanaman, hama, musuh alami, organisme lain serta kondisi lingkungan fisik pada saat pengamatan.
Gambar tersebut harus jelas dan mudah dimengerti bila orang lain membacanya .
-       Penggambaran agroekosistem meliputi :
·         Gambar tanaman lengkap, diperjelas dengan menggunakan warna yang mendekati keadaan sebenarnya termasuk adanya kelainan kelainan kondisi fiisik dan warna tanaman.
·         Gambar serangga hama dan populasinya sebelah kiri tanaman , Tuliskan nama jenis dan jumlah serangga tersebut,
·         Gambar musuh alami dan populasinya disebelah kanan tanaman Tuliskan nama  jenis dan jumlah serangga tersebut,
·         Gambar gejala serangan penyakit, kekurangan unsure hara dan gejala kerusakan hama,
·         Gambar keadaan kelembaban /keadaan air dipetakan, cuaca: misalnya cuaca terang gambarlah ,matahari disudut kanan atas bila berawan gambarlah matahari  sebagian tertutup awan, dan bila hujan gambarlah matahari tertutup awan  dan titik hujan jatuh dari atas.
·         Gambar perlakuan petani yang pernah dilakukan dilahannya ( pemupukan, penyemprotan dan lain lain.

3)     Diskusi dan analisis setelah membuat gambar ekosistem setiap sub           kelompol    melakukan     diskusi     dan analisis untuk mengkaji hasil     pengamatan   agroekosistem    secaara     sistematis dan mendalan        sehingga  dapat ,mengambil suatu keputusan dan kesimpulan yang     rasional untuk dilaksanakan musim tanam berikutnya.
4)     Diskusi Pleno : selanjutnya setiap wakil dari sub kelompok menyajikan hasil diskusi kelompoknya sedangkan kelompok yang lain memberi tanggapan dab masukan.Setelah semua sub kelompok selesai melakukan presentasi , pemandu bersama seluruh peserta merangkum dan memperjelas pendapat yang disampaikan oleh petani.
5)                  Keputusan Pengendalian
Ambang pengendalian :
Kutu daun 7 ekor/10 daun
Spodoptera spp yaitu 12,5 % kerusakan daun /tanaman
Contoh

6)                  Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan tindakan pengendalian didasarkan pada hasil analisis agroekosistem sebagai berikut :
Hama
Hama pengisap (kutu daun) Trips dan tungau
Jika jumlah kutu daun 7 ekor per 10 rumpun daun contoh atau kerusakan tanaman oleh hama pengisaplebih dari 15 %  pertanaman contoh. Disemprot dengan pestisida sesuai anjuran
Ulat Grayak
Jika intensitas kerusakan daun oleh serangan ulat garak lebih 12.5  pertanaman contoh dilakukan penyemprotan pada senjahari
Lalat Buah
Buah cabe yang terserang lalat buah dikumpulkan dan dihitung jumlahnya lalu musnahkan
Penyakit
Pengendalian penyakit Virus dan layu bakteri atau layu fusarium
Tanaman cabe yang memperlihatkan gejala serangan penyakit tersebut dicabut dan dimusnahkan
Penyakit Cercospora
Jika gejala serangan penyakit bercak daun semakin luas dilakukan penyemprotan dengan fungisida
Penyakit busuk buah
Buah buah cabe yang terserang busuk buah dikumpulkan lalu dimusnahkan

4.  Petani Menjadi ahli PHT dilahan Usahataninya
Pada dasarnya petani adalah penanggung jawab , pengelola dan penentu keputusan dilahan usahataninya sendiri. Petugas dan siapapun merupakan narasumber, pemberi informasi dan pemandu petani apabila diperlukan. PHT mengembalikan fungsi petani pada kedudukan yang sebenarnya. Karena PHT sifatnya luwes dan dinamik dalam penerapannya dilapangan maka petani harus dilatih menjadi ahli PHT dilahan ushataninya.
Dengan keahliannya itu petani secara mandiri dan percaya diri mapu untuk menetapkan prinsip dan teknologi PHT dilahannya sendiri dan untuk kepentingan sendiri . Sebagai ahli PHT petani harus mampu menjadi pengamatan, penganalisis ekosistem , pengambil keputusan pengendalian, dan sebagai pelaksana teknologi pengendalian yang sesuai dengan prinsip prinsip PHT
Keahlian petani tentang PHT dapat diperoleh melalui kegiatan kegiatan pelatihan intensif misalnya dengan SLPHT dan pelaksanaan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh petani dilahannya sendiri atau bersama sama dengan petani lain dalam kelompok hamparan. Komunikasi dan konsultasi yang terus menerus antara petani dengan petugas akan semakin meningkatkan keahlian dan fropesionaalisme petani dalam menerapkan PHT
REFERENSI



1.   Anonimous . 2005 Budidaya Cabe Merah sesuai GAP Departemen Pertanian                                              Direktorat Jendarl Hortikultura Direktorat Budidaya Tanaman                                                Sayuran dan Biofarmaka Jakarta
2.   --------------------1998 Rekomendasi Pengendalian Organisme Pengganggu                                               Tanaman Hortikultura  Dirjen Tanaman Pangan dan                                                             Hortikultuta  Direktorat Bina perlindungan Tanaman Pangan
                                   Jakarta
3.   ----------------- 1991 Pengendalian Hama Terpadu Untu Padi Proyek                                                             Prasarana   Fisik BAPENAS Jakarta
4.    Ida Nyoman Oka . 1995 Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya
                                     di Indonesia Gajah Mada University Press Yogjakarta
5.    Kasumbogo Untung 1993  Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu Gajah
                           Mada University Press Yogjakarta










Komentar

Penyuluh Pertanian Jawa Barat

KETERKAITAN ANTAR UNSUR LAHAN SAWAH LEBAK

Budidaya Kacang Panjang